Virus Corona, dan Kekacauan Informasi

Semenjak perpindahan pola hidup manusia dari pemburu-pengumpul yang nomaden menjadi bertani dan mendomestikasi hewan ternak yang menetap di satu tempat atau yang biasa disebut dengan revolusi agrikultur mendorong manusia untuk berkumpul bersama dalam masyarakat yang penuh sesak, yang banyak di antaranya kemudian melakukan perdagangan dengan masyarakat padat lainnya, menyebabkan penyebaran virus dan penyakit menular lainnya.

Severe acute respiratory syndrome conoravirus 2 (Sars-CoV-2) yang lebih dikenal dengan sebutan virus Corona ini merupakan virus jenis baru dari Genus (Keluarga) Coronavirus yang menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan bagian bawah, virus ini menjadi berbahaya karena tingkat penyebarannya yang sangat cepat hanya dalam waktu beberapa bulan saja sejak akhir 2019 pertama kali ditemukan di Wuhan dan menyebar ke negara-negara lainnya, yang pada akhirnya World Health Organization (WHO) mendeklarasikan virus ini sebagai pandemi global.

 

Dalam menyikapi hal ini Indonesia pun merespon dengan memberlakukan aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) mendukung anjuran Physical distancing dari WHO, dan banyak masyarakat yang ikut serta dalam gerakan #dirumahaja.

 

Ditengah merebaknya virus Corona ini, kita pasti aktif dalam mencari informasi-informasi seputar virus ini seperti informasi gejala-gejalanya, bagaimana cara mencegahnya, dan lainnya. Tapi banyak sekali hoax yang tersebar luas dan menyebabkan kekacauan informasi, menjadi berbahaya karena bisa merugikan banyak pihak, dan dalam hal ini kita sebagai yang mencari informasi seputar virus Corona perlu lebih teliti lagi dalam mencari dan menerima informasi.

 

Pada sejarah umat manusia ratusan ribu tahun yang lalu ketika masih menjadi pemburu pengumpul pengetahuan didasari oleh ketidaktahuan mana yang benar dan mana yang salah, dan selama ribuan tahun setelah revolusi agrikultur manusia mencari informasi ke kepala suku, dukun, roh halus dan lainnya, hal ini dapat disebut sebagai Authority based truth yaitu kebenaran yang berdasarkan otoritas, ketika informasi yang didapat dari orang yang dianggap terpercaya atau berkompeten, misalnya saja ketika kita mendapat informasi dari kepala suku, walaupun informasinya salah akan tetap dianggap benar karena informasinya berasal dari orang yang mempunyai otoritas.

 

Kita memang perlu memperhatikan sumber informasinya, apakah sumbernya kredibel, berkompeten dan bisa dipercaya, namun kita tetap perlu memperhatikan argumen atau klaim kebenaran secara keseluruhan sebelum mendapatkan kesimpulan dan tidak hanya bergantung pada sumbernya, karena bisa saja sumber yang kredibel ini melakukan kesalahan atau berbeda pendapat dengan sumber-sumber kredibel lainnya.

 

Hoax-hoax seperti name tag penangkal virus Corona, tes Covid-19 dengan menahan nafas 10 detik, virus bisa menular lewat udara dan banyak lainnya menjadi berbahaya ketika kita langsung mempercayai dan menyebarkannya di berbagai macam media, karena dapat menyebabkan kekacauan informasi bahkan menyebabkan orang lain terinfeksi karena informasi yang menyesatkan.

 

Sebelum kita bisa mendapat kesimpulan dari suatu informasi, kita harus bisa paham dengan jelas apa informasi yang ingin disampaikan, tidak ambigu atau memiliki lebih dari satu interpretasi, sulit untuk bisa paham dengan jelas suatu informasi karena orang terkadang gagal mengungkapkan argumennya dengan jelas.

 

Ketelitian dalam menerima informasi juga diperlukan, misalnya ada informasi yang menyatakan bahwa fatality rate (resiko kematian) untuk virus Corona kurang dari 5% jadi kita tidak perlu panik, dalam hal ini kita perlu mencari informasi pendukung untuk melengkapi informasi tersebut seperti 5% ini didapat dari mana atau adakah syarat-syarat yang perlu dipenuhi untuk bisa mendapat angka fatality rate kurang dari 5 % seperti harus memberlakukan lockdown atau harus memiliki fasilitas kesehatan yang baik. Kita tidak bisa mengambil kesimpulan yang benar jika informasinya parsial atau hanya sebagian, kita harus mempunyai informasi yang cukup sebelum bisa mengambil kesimpulan.

 

Kekacauan yang disebabkan oleh Covid-19 sendiri sudah sangat merepotkan, akan disayangkan jika energi yang kita punya dipakai untuk mengatasi kekacauan informasi, menghindari membaca informasi hanya dari judulnya saja, membaca informasi parsial, membaca informasi dari sumber yang tidak kredibel membantu kita untuk tidak menyebabkan kekacauan informasi.