Sifat "Ga Enakan" Yang Bikin Hubungan Jadi Ga Enak!
Banyak dari kita yang sering merasa "ga enakan" dan sulit untuk bilang "tidak" ke orang lain, seringkali kita terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan karena sifat "ga enakan". Orang yang "ga enakan" alias people pleaser seringkali menyampingkan kebutuhan atau keinginannya sendiri untuk mengakomodasi kebutuhan atau untuk menyenangkan orang lain. Banyak orang yang ga enakan tidak menyadari apa yang mereka lakukan; seringkali, mereka bahkan tidak tahu apa yang mereka inginkan atau apa yang menjadi kebutuhan mereka. Itulah mengapa sulit bagi mereka untuk memprioritaskan diri mereka sendiri. Orang yang ga enakan terikat pada apa yang mereka lakukan untuk orang lain.
Membantu orang lain bisa menjadi hal yang membuat kita dan orang yang kita bantu mejadi bahagia, lagipula siapa yang tidak ingin membahagiakan orang di sekitar kita. Tetapi, penelitian menunjukan bahwa kebiasaan "ga enakan" dapat menyebabkan konsekuensi negatif yang tidak diinginkan, terlebih lagi jika hal tersebut menjadi habit dalam berinteraksi di suatu hubungan. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Social and Clinical Psychology menemukan bahwa orang yang memiliki sifat ga enakan yang berlebihan, seringkali mengalami tekanan akibat konflik hubungan.
Sifat "ga enakan" juga terkadang membuat orang yang melakukannya menjadi berbohong dan membuat orang lain menjadi tidak nyaman; contohnya, seorang istri sedang belajar memasak dan membuat beberapa menu masakan untuk suaminya. Istri bertanya apakah sang suami menyukai sup buatannya. suaminya menjawab, "Ya aku menyukainya!" walaupun dalam hati suaminya berpikir ini agak terlalu asin. Lalu istrinya bertanya lagi, "bagaimana dengan ikan bakarnya, apakah enak? lalu suaminya menjawab, "ya ini sangat lezat!" suaminya berbohong lagi. Lalu sang istri menatap suaminya dengan curiga dan bertanya kembali, "jadi semuanya enak? tidak ada yang kurang?"
Sang suami sedang berbohong merasa "ga enakan" dan berasumsi apa yang ingin didengar oleh istrinya. Suami berasumsi lebih penting istrinya berpikir kalau masakannya enak dan sang suami menikmatinya. Tetapi itu bukan yang sang istri inginkan, yang dia inginkan yaitu pendapat jujur suaminya terhadap masakan yang baru saja ia pelajari, jadi sang istri bisa memperbaiki resep masakannya di hari selanjutnya. Dan ini menjadi dilema bagi orang "ga enakan". Karena apa yang orang lain pikirkan bisa jadi tidak sama dengan apa yang kita pikirkan.
Tidak jarang juga orang "ga enakan" dimanfaatkan oleh orang disekitarnya; contohnya, seorang teman sedang membutuhkanmu untuk membantu keperluan atau hal lain yang tidak dapat mereka lakukan sendiri atau berpikir lebih baik kamu saja yang mengerjakannya jadi dia bisa santai atau mengerjakan hal lain. Karna kamu sering mengiyakan permintaan temanmu, temanmu menjadi yakin kali ini pun kamu akan membantunya dan itu jelas bukan hubungan pertemanan yang baik.
Hal yang perlu dilakukan untuk terlepas dari perasaan "ga enakan"; yaitu, ketika kamu terjebak dalam situasi tersebut cobalah untuk berhenti dan tenangkan diri, lalu tanyakan pada diri sendiri apakah kamu benar-benar perlu untuk merasa "ga enak" dan berbohong kepada pasangan atau orang terdekatmu, apakah kamu benar-benar perlu dan bisa membantu teman atau saudaramu dalam keadaanmu yang sekarang.
Lalu menetapkan batasan yang jelas untuk memutus siklus "ga enakan" sangatlah penting. Cobalah identifikasi kebutuhan, batasan, dan value kamu. Lalu kamu bisa komunikasikan batasan kamu dengan tegas dan sopan kepada orang terdekatmu. Menetapkan batasan dalam hal ini bukan lah hal yang egois, itu justru merupakan self-care dan self-respect kita terhadap diri kita sendiri.
Mempunyai sifat "ga enakan" dan keingin untuk menempatkan kepentingan orang lain terlebih dahulu dibanding kita sendiri tidak sepunuhnya buruk. sifat "ga enakan" bisa menjadi baik dibeberapa situasi. Seperti, ketika menjadi tuan rumah untuk makan malam keluarga, atau ketika bekerja menjadi pelayan restoran dan melayani pelanggan. Namun dalam hubungan pertemanan, pacar, dan pernikahan sifat "ga enakan" justru akan banyak menimbulkan konflik.
Comments
Post a Comment