Mengapa kita cemas dan terlalu memikirkan pendapat orang lain?

Dalam hidup, kita pasti pernah bertemu dengan orang yang suka dengan kita dan orang yang tidak menyukai kita. Banyak dari mereka yang merendahkan dan mengkritik dengan cara yang menyakiti hati. Sebenarnya kita mempunyai banyak alasan untuk tidak memperdulikan pendapat mereka dan apa yang mereka pikirkan tentang kita, namun entah kenapa pendapat dan apa yang mereka pikirkan tentang kita terus berada di pikiran kita.

Saat melamun, seringkali kita hanyut dalam pikiran-pikiran tentang hal-hal yang menghawatirkan dan membuat cemas termasuk pendapat dan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Saat hal tersebut terjadi, otak kita memasuki Default Mode Network (DMN), DMN adalah sistem area dalam otak yang menunjukan peningkatan aktivitas ketika kita sedang tidak fokus pada apa yang ada di sekitar kita. DMN akan aktif ketika kita dalam aktivitas intropeksi diri seperti melamun, merenungkan masa lalu dan masa depan, atau memikirkan apa yang dipikirkan orang lain.

Mungkin kita pernah ketika pagi hari saat berjalan berangkat sekolah, kuliah, atau kerja. Kita sedikit melamun dan tidak mengingat dengan jelas perjalanan kita dari rumah ke tempat tujuan. Ini terjadi karena otak kita memasuki DMN dan tubuh kita bergerak secara otomatis atau autopilot. Kita mungkin mulai melamun dan memikirkan apa yang terjadi di masa lalu atau yang akan terjadi di masa depan, kita memikirkan pendapat, kritik dan apa yang dipikirkan orang lain terhadap kita. DMN bisa meretas pikiran kita untuk memikirkan hal-hal yang menghawatirkan dan membuat cemas.

Sebenarnya mungkin banyak orang lain yang memberikan pendapat dan feedback yang positif terhadap diri kita, namun kita seringkali mengabaikan pendapat dan feedback positif tersebut dan menganggapnya sebagai basa-basi atau sebagai sikap sopan agar tidak menyakiti perasaan kita. Sebaliknya, ketika ada orang yang memiliki pendapat dan feedback negatif tentang diri kita justru terkadang kita malah mendengarkan pendapat negatif tersebut dan menganggap hal tersebut seperti suatu fakta atau kebenaran.

"Jangan katakan pada dirimu sendiri lebih dari impresi awal yang kamu dapatkan. Kamu mendapatkan bahwa seseorang berkata buruk tentang dirimu. Ya, hanya ini kabarnya. Kabarnya tidak berkata kamu sudah dilukai/dicelakakan. Saya melihat putra saya sedang sakit, tapi tidak terancam jiwanya. Karenanya tetaplah fokus pada impresi awal, dan jangan ditambah-tambahkan lagi di kepalamu. Maka sesungguhnya tidak ada yang benar-benar bisa terjadi kepadamu." -Marcus Aurelius (Meditations)

Dalam buku "Filosofi Teras" yang ditulis oleh Henry Manampiring, dia menjelaskan bahwa banyak dari emosi negatif kita seperti kekhawatiran dan cemas datang dari "interpretasi otomatis" atas sebuah kejadian/peristiwa. Ketika kita mengalami kejadian/peristiwa yang tidak enak, maka kita secara otomatis merasa dizalimi, diperlakukan tidak adil, dihina dan lain-lain. Karena itu emosi negatif pun menyusul yang membuat kita merasa marah, takutm dendam, cemburu, putus asa, dan lain-lain.

Ketika kita mendengar pendapat dan pikiran orang lain tentang kita, seringkali kita secara otomatis menginterpretasikan hal tersebut menjadi pikiran-pikiran negatif dan emosi negatif. Yang akhirnya mengaktifkan DMN, dan membuat kita melamun dan secara otomatis memikirkan hal yang menghawatirkan dan membuat cemas.

Jika kamu terus-menurus tenggelam dalam lamunan yang melelahkan dan membuat cemas, kamu bisa melakukan meditasi untuk menenangkan DMN-mu. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Cognitive, Affective, and Behavioral Neuroscience, menunjukan bahwa meditasi dikaitkan dengan berkurangkanya aktivitas di MDN. Namun, jika kondisimu terus  memburuk jangan ragu untuk periksakan ke profesional.

Comments

Popular Posts